counter

Senin, 09 Februari 2015


Profil dan Biografi Jendral Sudirman-Tokoh Pahlawan Nasional

   BIODATA LENGKAP JENDRAL SUDIRMAN   

Profil dan Biografi Jendral Sudirman-Tokoh Pahlawan Nasional
Nama Lengkap : Raden Soedirman

Nama Lain: Jendral Sudirman

Tempat Lahir : Desa Bodas Karangjati | Purbalingga | Jawa Tengah

Tanggal Lahir : Senin | 24 Januari 1916

Zodiac : Aquarius

Kebangsaan : Indonesia

Meninggal : Magelang | 29 Januari 1950

Dimakamkan : Taman Makam Pahlawan Semaki

Agama : Islam

   BIOGRAFI LENGKAP JENDRAL SUDIRMAN   

Profil dan Biografi Jendral Sudirman merupakan sosok pahlawan nasional. Beliau lahir pada tanggal 24 Januari pada tahun 1916 di kota Purbalingga, tepatnya di Dukuh Rembang. Beliau lahir dari sosok ayah yang bernama Karsid Kartowirodji, danseorang ibu yang bernama Siyem. Ayah dari Sudirman ini merupakan seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, dan ibunya merupakan keturunan Wedana Rembang. Jendral Sudirman dirawat oleh Raden Tjokrosoenarjo dan istrinya yang bernama Toeridowati.

Profil dan Biografi Jenderal Sudirman mengenyam pendidikan keguruan yang bernama HIK. Beliau belajar di tempat tersebut selama satu tahun. Hal ini beliau lakukan setelah selesai melaksanakan belajarnya di Wirotomo. Sudirman diangkat menjadi seorang Jendral pada umurnya yang menginjak 31 tahun. Beliau merupakan orang termuda dan sekaligus pertama di Indonesia. Sejak kecil, beliau merupakan seorang anak yang pandai dan juga sangat menyukai organisasi. Dimulai dari organisasi yang terdapat di sekolahnya dahulu, beliau sudah menunjukkan criteria pemimpin yang disukai di masyarakat. Keaktifan beliau pada pramuka hizbul watan menjadikan beliau seorang guru sekolah dasar Muhammadiyah di kabupaten Cilacap. Lalu beliau berlanjut menjadi seorang kepala sekolah.

Profil dan Biografi Jendral Sudirman juga pernah masuk ke dalam belajar militer di PETA (Pembela Tanah Air) yang berada di kota Bogor. Pendidikan di PETA dilakukan oleh tentara Jepang pada sat itu. Ketika sudah menyelesaikan pendidikannya di PETA, kemudian beliau menjadi seorang Komandan Batalyon yang berada di Kroya, Jawa Tengah. Kepemimpinan beliau tidak berhenti sampai situ, beliau juga menjadi seorang panglima di kota Banyumas.

Profil dan Biografi Jenderal Sudirman beliau pernah menjadi seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat di kota Banyumas. Jenderal Sudirman terpilih menjadi seorang panglima angkatan perang pada tanggal 12 November 1945. Beberapa perang melawan penjajah telah beliau pimpin seperti perang melawan tentara Inggris di Ambarawa, memimpin pasukannya untuk membela Yogyakarta dari serangan Belanda II. Pada tahun 1950 beliau ini wafat. Beliau wafat karena terjangkit penyakit tuberculosis. Panglima besar Sudirman ini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta.

   PENDIDIKAN JENDRAL SUDIRMAN   

  • Sekolah Taman Siswa
  • HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tetapi tidak sampai tamat.
  • Pendidikan Militer Pembela Tanah Air di Bogor

   KARIR JENDRAL SUDIRMAN   

  • Guru di HIS Muhammadiyah di Cilacap
  • Panglima Besar TKR/TNI,, dengan pangkat Jenderal
  • Panglima Divisi V/Banyumas,, dengan pangkat Kolonel
  • Komandan Batalyon di Kroya

   PENGHARGAAN JENDRAL SUDIRMAN   

  • Pahlawan Nasional Indonesia
  • Jenderal Besar Anumerta Bintang Lima (1997)

Biografi Ki Hajar Dewantara - Pahlawan Indonesia

Biografi Ki Hajar Dewantara - Pahlawan Indonesia. Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889.Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya.

Perjalanan hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.


Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara.


Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.


Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.

Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.

Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".

Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu


sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka.

Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda.

Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman.

Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.
Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.

Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.

Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.

Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.

Setelah zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.

Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa. Koleksi museum yang berupa karya tulis atau konsep dan risalah-risalah penting serta data surat-menyurat semasa hidup Ki Hadjar sebagai jurnalis, pendidik, budayawan dan sebagai seorang seniman telah direkam dalam mikrofilm dan dilaminasi atas bantuan Badan Arsip Nasional.

Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.

Hari lahirnya, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan).

Biografi Kapitan Pattimura - Pahlawan Nasional Maluku

Pattimura, memiliki nama asli Thomas Matulessy (lahir di Hualoy, Hualoy, Seram Selatan, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun).Ia adalah putra Frans Matulesi dengan Fransina Silahoi. Adapun dalam buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M Sapija menulis, "Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan".

Dari sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, gelar kapitan adalah pemberian Belanda. Padahal tidak. Menurut Sejarawan Mansyur Suryanegara, leluhur bangsa ini, dari sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-kekuatan alam yang mereka takuti.

Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam, kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan suci. Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya sebutan "kapitan" yang melekat pada diri Pattimura itu bermula.

Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarier dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris. Kata "Maluku" berasal dari bahasa Arab Al Mulk atau Al Malik yang berarti Tanah Raja-Raja. mengingat pada masa itu banyaknya kerajaan

Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian Belanda menetrapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten), serta mengabaikan Traktat London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan koprs Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahn dinas militer ini dipaksakan Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat.

Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Kapitan Pattimura Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi). Sebagai panglima perang, Kapitan Pattimura mengatur strategi perang bersama pembantunya.

Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Patimura.

Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat


dan di laut dikoordinir Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara lain Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok, Philip Latumahina dan Ulupaha. Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Kapitan Pattimura dikukuhkan sebagai “PAHLAWAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN” oleh pemerintah Republik Indonesia...... Pahlawan Nasional Indonesia. Ketuhanan yang maha esa Kemanusiaan yang adil dan beradab Persatuan Indonesia Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan kemerdekaan bagi seluruh rakyat indonesia.
Patung Pattimura
Meluruskan sejarah Kapitan Ahmad `Pattimura’ Lussy

Tokoh Muslim ini sebenarnya bernama Ahmad Lussy, tetapi dia lebih dikenal dengan Thomas Mattulessy yang identik Kristen. Inilah Salah satu contoh deislamisasi dan penghianatan kaum minor atas sejarah pejuang Muslim di Maluku dan/atau Indonesia umumnya.
(Saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah beringin besar dan
setiap beringin besar akan tumbang tapi beringin lain akan menggantinya
(demikian pula) saya katakan kepada kamu sekalian (bahwa) saya adalah batu
besar dan setiap batu besar akan terguling tapi batu lain akan
menggantinya).
Ucapan-ucapan puitis yang penuh tamsil itu diucapkan oleh Kapitan Ahmad Lussy atau dikenal dengan sebutan Pattimura, pahlawan dari Maluku. Saat itu, 16 Desember 1817, tali hukuman gantung telah terlilit di lehernya. Dari ucapan-ucapannya, tampak bahwa Ahmad Lussy seorang patriot yang berjiwa besar. Dia tidak takut ancaman maut. Wataknya teguh, memiliki kepribadian dan harga diri di hadapan musuh. Ahmad Lussy juga tampak optimis. Namun keberanian dan patriotisme Pattimura itu terdistorsi oleh penulisan sejarah versi pemerintah. M Sapija, sejarawan yang pertama kali menulis buku tentang Pattimura, mengartikan ucapan di ujung maut itu dengan
“Pattimura-Pattimura tua boleh dihancurkan, tetapi kelak Pattimura-Pattimura
muda akan bangkit”
Namun menurut M Nour Tawainella, juga seorang sejarawan, penafsiran Sapija itu tidak pas karena warna tata bahasa Indonesianya terlalu modern dan berbeda dengan konteks budaya zaman itu. Di bagian lain, Sapija menafsirkan,
“Selamat tinggal saudara-saudara”, atau “Selamat tinggal tuang-tuang”
Inipun disanggah Tawainella. Sebab, ucapan seperti itu bukanlah tipikal Pattimura yang patriotik dan optimis. Puncak kontroversi tentang siapa Pattimura adalah penyebutan Ahmad Lussy dengan nama Thomas Mattulessy, dari nama seorang Muslim menjadi seorang Kristen. Hebatnya, masyarakat lebih percaya kepada predikat Kristen itu, karena Maluku sering diidentikkan dengan Kristen. inilah yang menjadi perdebatan sejarah hingga sekarang ini.

Biografi Cut Nyak Dhien - Pahlawan Nasional Indonesia

Cut Nyak Dhien, Biografi, Pahlawan NasionalCut Nyak Dhien lahir di Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848, seorang Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh, Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar, wilayah VI Mukim pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Setia, seorang uleebalang VI Mukim, yang juga merupakan keturunan Machmoed Sati, perantau dari Sumatera Barat. Machmoed Sati mungkin datang ke Aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul Munir. Oleh sebab itu, Ayah dari Cut Nyak Dhien merupakan keturunan Minangkabau. Ibu Cut Nyak Dhien adalah putri uleebalang Lampagar.

Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dhien adalah anak yang cantik. Ia memperoleh pendidikan pada bidang agama (yang dididik oleh orang tua ataupun guru agama) dan rumah tangga (memasak, melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang dididik baik oleh orang tuanya). Banyak laki-laki yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya. Pada usia 12 tahun, ia sudah dinikahkan oleh orang tuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, putra dari uleebalang Lamnga XIII. Mereka memiliki satu anak laki-laki.

Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Perang Aceh pun meletus. Pada perang pertama (1873-1874), Aceh yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Machmud Syah bertempur melawan Belanda yang dipimpin Johan Harmen Rudolf Köhler. Saat itu, Belanda mengirim 3.198 prajurit. Lalu, pada tanggal 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai Ceureumen di bawah pimpinan Köhler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman dan membakarnya. Cut Nyak Dhien yang melihat hal ini berteriak:

"Lihatlah wahai orang-orang Aceh!! Tempat ibadat kita dirusak!! Mereka telah mencorengkan nama Allah! Sampai kapan kita begini? Sampai kapan kita akan menjadi budak Belanda?"

Kesultanan Aceh dapat memenangkan perang pertama. Ibrahim Lamnga yang bertarung di garis depan kembali dengan sorak kemenangan, sementara Köhler tewas tertembak pada April 1873.

J.B. van Heutsz sedang memperhatikan pasukannya dalam penyerangan di Perang Aceh
Pada tahun 1874-1880, di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten, daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda pada tahun 1873, sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun 1874. Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal 24 Desember 1875. Suaminya selanjutnya bertempur untuk merebut kembali daerah VI Mukim.

Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, ia tewas pada tanggal 29 Juni 1878. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.
Teuku Umar, tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak. Namun, karena Teuku Umar mempersilakannya untuk ikut bertempur dalam medan perang, Cut Nyak Dien akhirnya menerimanya dan menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun 1880. Hal ini membuat meningkatnya moral semangat perjuangan Aceh melawan Kaphe Ulanda (Belanda Kafir). Nantinya, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar memiliki anak yang diberi nama Cut Gambang.

Cut Nyak Dhien, Biografi, Pahlawan Nasional
Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi'sabilillah. Sekitar tahun 1875, Teuku Umar melakukan gerakan dengan mendekati Belanda dan hubungannya dengan orang Belanda semakin kuat. Pada tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke Kutaraja dan "menyerahkan diri" kepada Belanda. Belanda sangat senang karena musuh yang berbahaya mau membantu mereka, sehingga mereka memberikan Teuku Umar gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikannya komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh. Teuku Umar merahasiakan rencana untuk menipu Belanda, meskipun ia dituduh sebagai penghianat oleh orang Aceh. Bahkan, Cut Nyak Meutia datang menemui Cut Nyak Dhien dan memakinya. Cut Nyak Dien berusaha menasehatinya untuk kembali melawan Belanda. Namun, Teuku Umar masih terus berhubungan dengan Belanda. Umar lalu mencoba untuk


mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang ia kuasai. Ketika jumlah orang Aceh pada pasukan tersebut cukup, Teuku Umar melakukan rencana palsu pada orang Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis Aceh.

Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua pasukan dan perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda, lalu tidak pernah kembali. Penghianatan ini disebut Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar). Teuku Umar yang mengkhianati Belanda menyebabkan Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap baik Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar. Namun, gerilyawan kini dilengkapi perlengkapan dari Belanda. Mereka mulai menyerang Belanda sementara Jend. Van Swieten diganti. Penggantinya, Jend. Jakobus Ludovicius Hubertus Pel, dengan cepat terbunuh dan pasukan Belanda berada pada kekacauan. Belanda lalu mencabut gelar Teuku Umar dan membakar rumahnya, dan juga mengejar keberadaannya. Dien dan Umar terus menekan Belanda, lalu menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh (bekas basis Teuku Umar), sehingga Belanda terus-terusan mengganti jendral yang bertugas.

Unit "Maréchaussée" lalu dikirim ke Aceh. Mereka dianggap biadab dan sangat sulit ditaklukan oleh orang Aceh. Selain itu, kebanyakan pasukan "De Marsose" merupakan orang Tionghoa-Ambon yang menghancurkan semua yang ada di jalannya. Akibat dari hal ini, pasukan Belanda merasa simpati kepada orang Aceh dan Van der Heyden membubarkan unit "De Marsose". Peristiwa ini juga menyebabkan kesuksesan jendral selanjutnya karena banyak orang yang tidak ikut melakukan jihad kehilangan nyawa mereka, dan ketakutan masih tetap ada pada penduduk Aceh.

Jendral Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan ketakutan ini dan mulai menyewa orang Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak sebagai informan sehingga Belanda menemukan rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Akhirnya, Teuku Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien, menangis karena kematian ayahnya, ia ditampar oleh ibunya yang lalu memeluknya dan berkata:

Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid

Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun 1901 karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dien sudah semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulitnya memperoleh makanan. Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya.

Anak buah Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda karena iba. Akibatnya, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Mereka terkejut dan bertempur mati-matian. Cut Nyak Dhien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Dhien dipindah ke Sumedang berdasari orang terakhir yang melindungi Dien sampai kematiannya. Namun, Cut Nyak Dhien memiliki penyakit rabun, sehingga ia tertangkap. Dhien berusaha mengambil rencong dan mencoba untuk melawan musuh. Sayangnya, aksi Dhien berhasil dihentikan oleh Belanda. Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.

Cut Nyak Dhien, Biografi, Pahlawan NasionalSetelah ditangkap, Cut Nyak Dhien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di situ. Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh. Namun, Cut Nyak Dien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk.Ia dibawa ke Sumedang bersama dengan tahanan politik Aceh lain dan menarik perhatian bupati Suriaatmaja. Selain itu, tahanan laki-laki juga menyatakan perhatian mereka pada Cut Nyak Dhien, tetapi tentara Belanda dilarang mengungkapan identitas tahanan. Ia ditahan bersama ulama bernama Ilyas yang segera menyadari bahwa Cut Nyak Dhien merupakan ahli dalam agama Islam, sehingga ia dijuluki sebagai "Ibu Perbu". Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua. Makam "Ibu Perbu" baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh saat itu, Ali Hasan. "Ibu Perbu" diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964


Biografi Bung Tomo (Sutomo) - Pahlawan Indonesia

bung tomo, pahlawan, biografiSutomo atau Bung Tomo lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3 Oktober 1920, Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat kota Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang. Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura.

Ayahnya adalah seorang serba bisa. Ia pernah bekerja sebagai polisi di kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit Singer. Sutomo dibesarkan di rumah yang sangat menghargai pendidikan. Ia berbicara dengan terus terang dan penuh semangat. Ia suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan. Pada usia 12 tahun, ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO, Sutomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu. Belakangan ia menyelesaikan pendidikan HBS-nya lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus.

Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Belakangan Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan Jepang pada 1942, peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia.

Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia menjadi salah satu Pemimpin yang menggerakkan dan membangkitkan semangat rakyat Surabaya, yang pada waktu itu Surabaya diserang habis-habisan oleh tentara-tentara NICA. Sutomo terutama sekali dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi. Meskipun Indonesia kalah dalam Pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia.


pahlawan, biografi" border="0">
Setelah kemerdekaan Indonesia, Sutomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun 1950-an, namun ia tidak merasa bahagia dan kemudian menghilang dari panggung politik. Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan Suharto yang mula-mula didukungnya, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional.

Padahal, berbagai jabatan kenegaraan penting pernah disandang Bung Tomo. Ia pernah menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia. Namun pada awal 1970-an, ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru. Ia berbicara dengan keras terhadap program-program Suharto sehingga pada 11 April 1978 ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya khawatir akan kritik-kritiknya yang keras. Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh Suharto. Meskipun semangatnya tidak hancur di dalam penjara, Sutomo tampaknya tidak lagi berminat untuk bersikap vokal.

Ia masih tetap berminat terhadap masalah-masalah politik, namun ia tidak pernah mengangkat-angkat peranannya di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia sangat dekat dengan keluarga dan anak-anaknya, dan ia berusaha keras agar kelima anaknya berhasil dalam pendidikannya. Sutomo sangat bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya, namun tidak menganggap dirinya sebagai seorang Muslim saleh, ataupun calon pembaharu dalam agama. Pada 7 Oktober 1981 ia meninggal dunia di Padang Arafah, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.

bung tomo, pahlawan, biografiSetelah pemerintah didesak oleh Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Fraksi Partai Golkar (FPG) agar memberikan gelar pahlawan kepada Bung Tomo pada 9 November 2007. Akhirnya gelar pahlawan nasional diberikan ke Bung Tomo bertepatan pada peringatan tanggal 2008. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu, Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta.

Hari Pahlawan10 November

Selasa, 03 Februari 2015

3. SHIREEN SUNGKAR




 :: Nama : Shireen Sungkar

:: Tanggal Lahir : 28 Januari 1992

:: Tempat Lahir : Jakarta

:: Kewarganegaraan : Indonesia

:: Zodiak : Aquarius

:: Pekerjaan : Aktris, Penyanyi

:: Tahun aktif : 2007 - sekarang

:: Agama : Islam

:: Ayah : Mark Sungkar

:: Pekerjaan Ayah : Aktor, Sutradara

:: Ibu : Fanny Bauty

:: Pekerjaan Ibu : Aktris, Penyanyi

:: Saudara : Jamilah Sungkar (Kakak), Zaskia Sungkar (Kakak), Yusuf Averoes (Adik)

:: Suami : Teuku Wisnu (2013)

:: Kekasih : Adly Fairuz (mantan)

:: Populer Sejak : Berperan sebagai Fitri dalam sinetron "Cinta Fitri"

:: Akun Twitter : @shireensungkar

 Shireen Sungkar (lahir di Jakarta, 28 Januari 1992; umur 23 tahun) adalah seorang aktris Indonesia berdarah Arab-Minang. Shireen merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya adalah Mark Sungkar, juga seorang pemeran.



Karier

Shireen Sungkar mengawali kariernya sebagai semifinalis GADIS Sampul 2006. Menyukai akting sejak kecil, Shireen menemukan keberuntungan saat mengantar tantenya casting di SinemArt. Tak dinyana ia juga dilirik. Sinetron pertamanya adalah peran pendukung dalam sinetron Bukan Diriku bersama Baim Wong dan Ririn Dwi Ariyanti. Namanya mulai dikenal sejak membintangi sinetron Wulan bersama Dhini Aminarti. Sinetron lain yang juga pernah didukungnya antara lain, Putri Duyung dan Perempuan Teraniaya.
Lepas dari SinemArt, Shireen pindah ke MD Entertainment dan langsung mendapat peran utama sebagai Fitri dalam "Cinta Fitri 1 & 2" yang melambungkan namanya.
Tak hanya berakting, Shireen juga memiliki talenta di bidang tarik suara. Bersama kakaknya, Zaskia Sungkar, ia membentuk grup duo vokal The Sisters. Debut album perdana kakak beradik ini yang diberi titel "The Journey of Love" dirilis pada 25 Juli 2008.

Kehidupan pribadi

Sebagai wujud syukur atas keberhasilannya dalam memerankan Fitri, Shireen melakukan ibadah umroh sekaligus merayakan hari raya Idul Fitri 1428 H di tanah suci Mekkah. Shireen berangkat bersama kedua orangtuanya, Mark Sungkar dan Fanny Bauty, juga Zaskia, 21, kakak kandungnya, dan Yusuf, 12, adik kandungnya. Mereka berangkat sejak 6 Oktober dan kembali ke Jakarta pada Selasa, 16 Oktober 2007.[2]
Dalam kehidupan pribadinya, Shireen berpacaran dengan aktor, Adly Fairuz yang juga bermain di sinetron Cinta Fitri. Bahkan di album perdana The Sisters, Aldy turut mencipta lagu dengan judul "Satu". Tetapi, pada bulan Juni 2010 kemarin dikabarkan hubungan Shireen dengan Adly telah kandas. Dan kini Shireen Sungkar menjalin kasih dengan Teuku Wisnu. Shireen menikah dengan Teuku Wisnu pada 17 November 2013.[3]

Filmografi

Film

Sinetron

Grup musik

Iklan




2.BOGRAFI ANDRIANI MARSHANDA


Andriani Marshanda atau yang lebih akrab disapa "Marshanda", "Caca" atau "Chacha" adalah sosok artis, bintang sinetron, bintang iklan, penyanyi, dan juga presenter yang bearasal dari Indonesia. Marshanda yang lahir di Jakarta pada tanggal 10 Agustus 1989 ini juga merupakan seorang Minangkabau dari pasangan Irwan Yusuf (ayah) dan Riyanti Sofyan (ibu) asal Guguak Tabek Sarojo, Agam, Sumatera Barat. Marshanda adalah anak Sulung dari ketiga bersaudara, saudaranya adalah Adrian (Didi) dan Allysa (Lisya). Saat berumur 3-4 tahun dia sempat tinggal di Kota Lumpia, Semarang, di Jalan Pleburan V dekat kampus Undip.
Nama Asli : Andriani Marshanda

Nama lain : Marshanda, Caca

Tanggal Lahir : 10 Agustus 1989

Tempat Lahir : Jakarta, Indonesia

Zodiak : Leo

Kewarganegaraan : Indonesia

Warna Rambut : Hitam

Warna Mata Hitam

Jenis Musik : Pop, R&B, pop religi

Pekerjaan : penyanyi, penulis lagu, aktris, desainer, motivator

Tahun aktif : 1997 - sekarang

Perusahaan rekaman : Avante (2000) | Sony Music Entertainment Indonesia (2005-sekarang)

Agama : islam



Suami : Ben Kasyafani (2011, proses cerai)

Kekasih : Baim Wong (aktor, mantan)

Ayah : Irwan Yusuf

Ibu : Riyanti Sofyan

Saudara : Adrian (Didi), Allysa (Lisya)

Anak : Sienna Ameerah Kasyafani (Lahir 22 Januari 2013)

Populer Sejak : Bermain dalam sinetron "Bidadari" (2000-2002) sebagai Lala

Akun twitter : @Marshanda

  Pendidikan Marshanda  

  • SD Islam Tugasku (1995-2001)
  • SMPN 216 Jakarta (2001-2004)
  • SMA Labschool, Kebayoran, Jakarta (2004-2007)
 Andriani Marshanda atau yang lebih dikenal sebagai Marshanda ("Caca" atau "Chacha") (lahir di Jakarta, 10 Agustus 1989; umur 25 tahun) adalah artis, bintang sinetron, bintang iklan, penyanyi, dan presenter kebangsaan Indonesia.


Biografi

Marshanda yaitu seorang Minangkabau yang lahir dari pasangan Irwan Yusuf dan Riyanti Sofyan asal Guguak Tabek Sarojo, Agam, Sumatera Barat.[1] Sulung dari tiga bersaudara ini lahir di Jakarta, Indonesia, 10 agustus 1989 dengan zodiak Leo. Dua saudaranya adalah Adrian (Didi) dan Allysa (Lisya). Ketika berumur 3-4 tahun dia pernah tinggal di Kota Lumpia, Semarang, di Jalan Pleburan V dekat kampus Undip. Waktu itu ayahnya bekerja sekitar dua tahun di Semarang. Dia bershio Ular.
Marshanda yang beragama Islam ini memulai kariernya di dunia iklan sejak kelas 1 SD secara tidak sengaja atau kebetulan, di mana saat itu Marshanda menemani tantenya yang model terkenal, Chintya Rustam, mantan model iklan sabun Lux ke biro iklan Citra Lintas. Ternyata sesampai di sana, Marshanda diminta untuk diikutkan casting. Hingga akhirnya casting pada tahun 1997 itu Marshanda terpilih untuk membintangi iklan Bank Danamon. Selanjutnya Marshanda membintangi sejumlah iklan televisi maupun media cetak, di antaranya Filma, Cadbury Eclairs, Supermi Ayam Bawang, Es Mony, Tango Wafer, Chicken Nuggets, Carvil Millenium, Susu Bendera, Belia, Emeron, Bank Tamara Dan Vaseline.
Marshanda yang mengidolakan Christina Aguilera, Britney Spears dan M2M sudah sejak kecil gemar menyanyi di samping ikut latihan olah vokal di Paranadjaja dan kursus balet. Namun dia masih belum percaya diri dengan kemampuannya menyanyi, sehingga dia kadang-kadang masih malu untuk bernyanyi di depan orang banyak.
Cita-cita Marshanda adalah menjadi seorang insinyur pertanian dan penyanyi dan terakhir ingin juga menjadi seorang psikolog. Keinginan Marshanda untuk menjadi penyanyi mendapat kesempatan saat bertemu dengan seorang pencipta lagu anak-anak terkenal Papa T Bob. Awal pertemuan Mashanda dengan Papa T Bob juga terjadi secara tidak sengaja. Waktu itu Marshanda sering mereka merekam suaranya ketika sedang bernyanyi, ibunya yang mendengar merasa suara Marshanda bagus dan mencoba mengirimnya ke agensi Marshanda. Entah bagaimana, namun Papa T Bob tahu dan tertarik. Selanjutnya Papa T Bob langsung membuatkan dua buah lagu untuknya. Papa T Bob menyiapkan lagu khusus yang pas dengan karakter suara Marshanda. Akhirnya Marshanda masuk dapur rekaman dengan menjagokan lagu "Gantungkan Cita Cita" ciptaan Papa T Bob.Dulu Umur 10 Tahun Bersama Iklan Televisi Susu Bendera Bersama Budenya Chintya Kusuma, Mantan Model Cover Women Anita 1991 ke Biro Iklan Puri Emeron.
Kini, Marshanda telah memutuskan untuk terus mengenakan jilbab. Ia juga siap menolak tawaran main sinetron jika harus membuka kerudungnya itu."Insya Allah" setiap kali ada sinetron Marshanda mau tetap pakai jilbab, kalau harus melepas jilbab Marshanda tidak mau main sinetron itu. Tetapi setelah kasus perceraiannya dengan Ben Kasyafani, Marshanda dalam beberapa penampilannya kerab tidak memakai jilbab seperti penampilannya pada video monolog berjudul The Unspoken Episode 2: Letter to God by Marshanda.

Sinetron

Bidadari

Karier selanjutnya Marshanda terjun di dunia sinetron. Pernah tampil di sinetron Jinny Oh Jinny, namun yang benar-benar mengangkat namanya dan membuat kariernya naik adalah sinetron Bidadari sebagai tokoh "Lala". Sinetron sepanjang 156 episode produksi Multivision Plus ini dibintangi juga antara lain oleh Nia Ramadhani, Ayu Azhari, Marcelino Lefrandt, Moudy Wilhelmina , Cecep Reza dan Chintya Kusuma. Sinetron ini ditayangkan di RCTI pada 2001-2002 dan rerun di Trans 7 (saat itu bernama TV7) pada 2004-2005.

Bidadari 2

Setelah sukses Bidadari, kembali Marshanda membintangi Bidadari 2 sepanjang 104 episode, namun hanya 98 episode yang melibatkan dirinya dalam serial tersebut dikarenakan pihak Multivision menggantikan perannya dengan orang lain dan sekaligus menjadi awal dari permasalahan antara pihak Marshanda dan Multivision Plus. Lagu tema yang sama yaitu "Bidadari" dalam kedua sinetron tersebut dinyanyikan oleh Marshanda sendiri. Sinetron ini ditayangkan di RCTI pada 2003-2004 dan rerun di Trans 7 (saat itu bernama TV7) pada 2006-2007.

Keluargaku Mata Hatiku

Marshanda selanjutnya tampil dalam variety show berbentuk drama musikal keluargaku Bidadariku (berubah judul menjadi Kelurgaku Mata Hatiku produksi in-house Trans TV). kelucuan kelucuan terjadi di sitkom ini. dhea imut marini zumarnis mpok ati nicky tirta membuat sitkom ini semakin semarak

Kisah Sedih di Hari Minggu

Kemudian Marshanda yang kemudian bernaung dibawah rumah produksi SinemArt pimpinan Leo Sutanto bermain dalam sinetron Kisah Sedih di Hari Minggu sebanyak 26 episode memerankan tokoh yang bernama "Imel". Juga tampil di dalamnya antara lain Meriam Bellina, Mathias Muchus, Ira Wibowo, Adi Bing Slamet, dan bintang muda seperti Gading Marten, Jennifer Arnelita, Cha Cha Frederica, dwi andhika serta Egi John Forsythe. Skenario ditulis oleh Dani Zuko, sutradara Noto Bagaskoro. Selain berperan sebagai tokoh utama, Marshanda juga menyanyikan lagu temanya yang berjudul sama dengan sinetronnya, yaitu "Kisah Sedih di Hari Minggu" yang dipopulerkan Koes Plus di era 60-an. Ditayangkan di RCTI setiap hari Kamis mulai tanggal 15 Januari 2004 pukul 20.00 WIB. semuanya berjumlah 78 episode.

marshanda juga membintangi tvm garapan sinemart

Kisah Kasih di Sekolah

Setelah sukses dengan Kisah Sedih di Hari Minggu, kembali Marshanda tampil dalam sinetron selanjutnya berjudul Kisah Kasih di Sekolah yang juga masih produksi SinemArt. Dalam sinetron ini Marshanda berperan sebagai Kasih, disutradarai oleh Ungke Kaumbur. Sama seperti sinetron sebelumnya, lagu temanya yang berjudul sama karya Obbie Mesakh, dan kembali dipopulerkan penyanyi legendaris Chrisye ini juga dinyanyikan oleh Marshanda sendiri. Ditayangkan di SCTV setiap hari Selasa mulai tanggal 3 Februari 2004 pukul 19.30 WIB. Namun sejak April 2004 berpindah ke jam 20.00 WIB. dan berjumlah 26 episode

Kisah Kasih di Sekolah 2

Sukses di Kisah Kasih di Sekolah, Marshanda kembali bermain dalam sinetron Kisah Kasih di Sekolah 2 yang masih produksi SinemArt yang merupakan kelanjutan dari seri pertamanya. Terdengar kabar bahwa Kisah Kasih di Sekolah akan dibuat versi film layar lebarnya tapi batal dibuat. berjumlah 28 episode. itu artinya kkds semuanya berjumlah 54 episode.

Adam dan Hawa

Kemudian dengan perusahaan yang sama pula yaitu SinemArt, Marshanda bermain serial sinetron dalam rangka bulan Ramadan yang ditayangkan SCTV berjudul Adam dan Hawa. Dalam sinetron ini dia berperan sebagai "Hawa" sedangkan lawan mainnya yaitu Sahrul Gunawan berperan sebagai "Adam". Sinetron ini juga dibintangi oleh Intan Nuraini, Rionaldo Stockhorst, Tetty Liz Indriati Intan Ayu Purnama ,Cyntia Kusuma. Peluncuran sinetron Adam dan Hawa ini berlangsung di restoran Planet Hollywood, Setiabudi, 7 September 2004. Ditayangkan oleh SCTV mulai 13 September 2004 setiap pukul 21.00 WIB. 60 episode

Manis dan Sayang

Marshanda kembali memerankan karakter remaja lewat sinetron barunya Manis dan Sayang. Kali ini Marshanda dipasangan dengan Roger Danuarta. Sinetron ini masih produksi SinemArt. Dalam sinetron ini Marshanda berperan sebagai "Marsha" sedangkan Roger Danuarta berperan sebagai "Gio", juga didukung oleh Lydia Kandou, Nana Mirdad. Disutradarai Indrayanto Kurniawan. Ditayangkan di SCTV Mulai 25 Februari 2005 pukul 19.00 WIB. sinetron berjumlah 6 episode ini juga turut dimeriahkan reuben ellishama hadju

Putri Yang Terbuang

Setelah sukses dengan manis dan sayang, marshanda kembali dalam Putri Yang Terbuang. Kali ini Marshanda dipasangkan dengan Rionaldo Stockhorst. Kali ini marshanda dibuang oleh orangtuanya dan menjadi anak angkat orang miskin. Sinetron ini ditayangkan RCTI mulai Mei 2006. sejumlah 60 episode

Soleha

Setelah sukses dengan sinetron Putri Yang Terbuang, Marshanda kembali muncul dalam sinetron yang berjudul Soleha, dimana ia adalah seorang yang soleh dan kuat. Marshanda berpasangan dengan Baim Wong dan Rionaldo Stockhorst untuk yang kedua kalinya. Sinetron ini ditayangkan RCTI mulai Juli 2007. Kasus Pihak Antara Marshanda Dan Sinemart.

Aqso dan Madina

Marshanda kembali muncul dalam sinetron produksi Sinemart yang berjudul Aqso dan Madina. Kali ini, Marshanda dipasangkan dengan Dude Harlino dan kini, Marshanda berperan sebagai Madina, gadis yang baik, sopan, teguh, taat kepada agama dan menolong orang lain. Ketika Marshanda lagi syuting, Marshanda memakai jilbab di dalam sinetron ini. Sinetron ini ditayangkan di RCTI mulai 15 agustus 2008. berakhir dipenghujung tahun 2008 berjumlah 132

Karunia

Setelah sempat tak terdengar kabarnya di dunia hiburan tanah air pasca menikah, kini Marshanda akan kembali berakting di layar kaca. Sukses membintangi Sejuta Cinta Marshanda kini membintangi sinteron stripping baru berjudul Karunia. Meski sang suami, Ben Kasyafani, juga bergabung dalam sinteron tersebut, namun ia akan dipasangkan dengan Mischa Chandrawinata. Dalam sinetron arahan sutradara Sanjeev Kumar ini Marshanda berperan sebagai seorang gadis buta yang secara tiba-tiba dikaruniai donor mata tanpa harus menunggu lama. Sinetron ini ditayangkan mulai Maret 2012 di RCTI

Sinetron Lain

Filmografi

Pendidikan Bahasa Inggris

Marshanda juga ikut terlibat dalam penggarapan VCD yang berisikan tayangan seputar pendidikan Bahasa Inggris. VCD yang diberi judul Pendidikan Bahasa Inggris tersebut diterbitkan oleh Kesaint Blanc yang dikenal sebagai penerbit buku-buku bahasa berbahasa Inggris. Seluruh cerita dalam dua seri VCD ini ditulis oleh Zainal dan Anjar Hang dan disutradarai oleh Toto Hoedi, yang sudah berpengalaman menggarap cerita kehidupan remaja. Sedangkan produsernya adalah Anton Bangun dan Hendry Bangun. Peluncuran film Pendidikan Bahasa Inggris dalam format VCD untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ini sekaligus menandai 25 tahun kiprah Kesaint Blanc dalam menyediakan pelajaran bahasa asing.

Petualangan 100 Jam

Pada 2005, Marshanda telah menyelesaikan sebuah film layar lebar. Film yang bertajuk Petualangan 100 Jam ini diproduksi oleh MultiVision Plus Picture. Cerita dan skenarionya ditulis oleh Jujur Prananto. Film ini mengambil lokasi syuting di daerah Sawangan, Muntilan (Magelang), Selo (Boyolali), Bromo, Yogyakarta, Bogor, dan Jakarta. Penyutradaraannya dipercayakan pada Winaldha E. Melalotoa. Sementara masalah yang menimpa Marshanda dan Raam Punjabi yang juga pemilik MultiVision Plus Picture, bukan berarti selesai. Kerena film ini memang dibuat jauh sebelum permasalahan tersebut muncul ke permukaan. Saat Marshanda masih menjadi anak emas Multivision Plus saat itu. Dalam film ini Marshanda berperan sebagai seorang anak perempuan cantik bernama "Rini" yang kemudian bersahabat dengan "Budiman" yang diperankan Joshua. Pertemuan keduanya terjadi ketika Budiman dikejar-kejar penjahat hingga lari dari kampungnya ke Jakarta. Saat mencari alamat sang paman yang pernah bekerja di rumah orangtua Rini, Budiman pun memperhatikan si gadis. Film ini juga didukung oleh Cecep Reza, Mathias Muchus, Ayu Diah Pasha.

Daftar Film

Diskografi

Album kompilasi

Allah yang Kucintai

Tahun 2002, Marshanda ikut tampil dalam album religi berjudul Allah Yang Kucintai. Bersama dua penyanyi muda lainnya yaitu Siti Novita Rizki dan Atras terbentuklah Trio Sakha. Produser album ini adalah artis sinetron Inneke Koesherawati. Gaya musik dalam album ini adalah R&B dan Hip Hop meskipun liriknya kental bernuansa Islam. Dalam album kedua dari trio Sakha, Marshanda tidak ikut serta, dikarenakan kesibukannya syuting sinetron.

Best Of Female Idol

Berisikan lagu-lagu hits dari para penyanyi wanita favorit dalam album Best Female Idol. Album ini berisikan hit-hit seperti Bukan Cinta Biasa dari Siti Nurhaliza, Aku Baik-Baik Saja dari duo Ratu dan Marshanda dengan Kisah Sedih di hari Minggu.

Broken Heart

Broken Heart adalah album kompilasi lagu-lagu terbaik Indonesia. Dalam album ini Marshanda tampil dengan lagunya berjudul Kisah Sedih di hari Minggu.

Broken Heart Vol. 002

Masih dalam album kompilasi, Marshanda kembali hadir dalam Broken Heart Vol. 002 dengan lagunya "Kisah Kasih Di Sekolah".

Now and Forever

Dalam album kompilasi ini kembali lagu Kisah Kasih Di Sekolah dibawakan oleh Marshanda. Album Now and Forever ini merupakan kompilasi atau kumpulan lagu-lagu klasik Indonesia yang pernah menjadi hits.

Dua Belas Lagu Islami Terbaik

Dirilis tahun 2004, Dua Belas Lagu Islami Terbaik dipersembahkan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan 1425 H, lagu-lagu Islami terbaik yang dilantunkan oleh para penyanyi antara lain "Selamat Datang Ramadan" dari Bimbo, "Insan Utama" oleh Haddad Alwi & Duta SO7. Marshanda dalam album ini menyanyikan lagu "Sebuah Pengakuan".

Album solo

Bidadari

Merupakan album yang dibuat sehubungan dengan sinetron Marshanda yang berjudul Bidadari. Dalam album yang bertajuk Bidadari ini Marshanda membawakan sebelas lagu dengan lagu andalannya yang juga berjudul "Bidadari". Lagu lainnya dalam album ini adalah "Gantungkan Cita-cita", "Ratu Dansa", "Surga", "Valentine", "Papa Tersayang", "Suasana Pagi", "Sepanjang Jalan", "Surat Kecil", "Perpisahan", "Guru".

Marshanda

Album solo dari Marshanda yang bertajuk Marshanda dirilis pada awal tahun 2005. Bergerak di jalur pop dan R&B, namun lebih variatif. Temanya kebanyakan soal percintaan di kalangan remaja. Dalam albumnya ini Marshanda didukung oleh beberapa musisi Indonesia antara lain Kikan mantan personil 'Coklat', Thomas 'Gigi', Adam 'Sheila on 7', Dewiq serta penyanyi Bonita. Musisi tersebut merupakan artis-artis yang tergabung dalam Sony Music Indonesia, perusahaan rekaman yang memproduksi album ini. Sekitar 10 lagu disuguhkan Marshanda di album perdananya ini. Satu lagu lama yang menjadi lagu tema sinetron yang tengah dibintangi bersama Roger Danuarta, "Manis dan Sayang" karya Koes plus yang telah diaransemen ulang. Marshanda dalam album ini kabarnya menyiapkan 4 lagu yang liriknya diciptakan sendiri. Keempat lagunya itu dibuat Marshanda berdasarkan pengalaman hidup dan ditulis menurut apa kata hatinya.

"Taubat"

Merupakan album religi yang dirilis pada tahun 2014. Lagu utamanya yaitu Astaghfirullah. Album ini hanya dijual digerai-gerai Texas Chicken seluruh Indonesia. Lagu lagunya yaitu "Astaghfirullah", "Sebuah Pengakuan", "Teladan Kami", "Taubat", "Ketulusan Hati", "Dengan Menyebut Nama Allah", " Kemenangan"

Pendidikan

Prestasi

Bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2004, Marshanda dianugrahi penghargaan The Most Brilliant Person pada Asian Award 2004. Penghargaan ini diberikan kepada Marshanda karena selain aktif di dunia seni peran, ia juga dianggap berprestasi di sekolah. Ini terbukti dengan keberhasilannya lulus SLTP dengan nilai yang cukup memuaskan. Nilai UAN (Ujian Akhir Nasional) Marshanda adalah 23. Berarti rata-ratanya delapan kurang sedikit.
Pada acara Asian Award 2004, Marshanda mendapat penghargaan sebagai "The Most Brilliant Person".
Marshanda dinobatkan menjadi Duta Lingkungan Hidup 2006.

Lain-lain

Bersama dengan rekannya, Derby Romero, Marshanda menjadi pemandu acara Fantasiana yang pernah diputar setiap hari Minggu pukul 18.30 WIB di Trans TV. Acara ini dibuat oleh rumah produksi Millenium Visitama Film.

Keluarga

Chacha (panggilan lain Marshanda) sempat berhubungan dengan aktor Baim Wong, namun hubungan mereka akhirnya putus. Chacha kemudian menjalin cinta dengan pembawa acara dan juga VJ MTV, Ben Kasyafani.Setelah hubungan mereka terjalin sekitar 3 tahun, Chacha dan Ben Kasyafani akhirnya resmi menjadi suami-istri ketika melangsungkan pernikahannya dengan akad pada Sabtu 2 April 2011.[2]. Pernikahan mereka tersebut di gelar di hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta. Dan acara pernikahannya ini dibuat bernuansakan Adat Minangkabau.
Tanggal 22 Januari 2013 Chacha melahirkan anak perempuan, Sienna Ameerah Kasyafani.[3]